[Review] Eleanor & Park

on Sabtu, 09 Mei 2015


 Judul : Eleanor & Park
Nama Penulis : Rainbow Rowell
Penerjemah : Sofi Lestari
Editor : Maya Lestari
Desainer Cover : Expert Toha
Setter Layout : Emil Salim
Penerbit : Phoenix
Tanggal Terbit : November 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7689-49-7
Rating : 4 dari 5 bintang

“Semua yang aku lakukan saat kita jauh adalah memikirkanmu, dan semua yang kulakukan saat kita bersama adalah panik. Karena setiap detiknya terasa begitu penting. Dan karena aku tidak sanggup mengendalikan diri, aku tidak bisa mencegahnya.” –hlm. 143

Eleanor bertemu dengan Park saat dirinya tidak memiliki tempat duduk di dalam bus sekolah barunya. Saat itulah, Park menawari kursi disebelahnya, dengan enggan sambil mengumpat. Eleanor berpakaian sangat aneh saat muncul di hadapan Park. Eleanor sangat berantakan. Dia juga besar dan aneh. Dengan rambut yang juga aneh, merah terang dan keriting. Awalnya Park sama sekali tidak berbicara dengan Eleanor. Rasanya salah untuk duduk di samping seseorang setiap hari dan tidak berbicara dengannya. Bahkan sempat terbesit di kepala Park untuk pindah kursi saja.

Lalu hubungan itu berawal dari kebiasaan Park yang membaca sebuah komik di dalam bus. Biasanya dengan sembunyi-sembunyi Eleanor juga ikut membacanya. Sampai akhirnya Park tahu bahwa Eleanor juga ikut membacanya, sehingga anak laki-laki itu terkadang menatap Eleanor sebelum dia membalik halaman. Berawal dari meminjamkan sebuah komik, lalu beberapa komik lagi di hari berikutnya, lalu beberapa komik dan rekaman Smiths di hari berikutnya. Park selalu menata itu semua di kursi sampingnya, sehingga Eleanor hanya tinggal mengangkatnya saja. Jadi, dia tidak perlu mengatakan apa-apa. Mereka masih tidak bicara di dalam bus, tapi keheningan di antara mereka sudah menjadi tidak menegangkan lagi. Malah terasa hampir seperti mereka bersahabat.
***
Ini pertama kalinya saya membaca buku dari seorang penulis yang hebat. Yang buku-bukunya masuk dalam The New York Times Bestseller dan meraih beberapa penghargaan. Saya akui…setelah mencapai halaman terakhir cerita, saya akan merindukan tulisan-tulisannya. Bahkan, saya tidak rela kalau saat itu saya sudah sampai halaman terakhir. Entah kenapa, saya ingin halaman itu tak ada ujungnya, sehingga saya bisa tetap membacanya sampai saya bosan.

Park tidak romantis. Begitu juga Eleanor, dia tidak cantik, bahkan digambarkan penulis ia anak yang gemuk dan aneh tidak seperti kebanyakan penulis yang membuat setiap karakternya yang serasa selalu “sempurna” dengan kata-kata ‘cantik’,’pintar’,’baik’, ataupun kata-kata yang memiliki makna “sempurna”

Tetapi entah kenapa saya menyukai pemilihan karakter penulisnya. Park memang tidak romantis (begitulah saya menangkap karakternya saat membaca buku ini) namun penulis seolah membuat pembaca sendiri yang menyimpulkan sendiri bahwa Park romantis. Eleanor tidak cantik, namun dengan kehadiran Park disisinya, entah kenapa saya merasa Eleanor cantik.

Kisah cinta yang dihadirkan penulis memang seperti kisah cinta anak remaja pada umumnya.  Perasaan malu-malu, first kiss, juga perpisahan yang mengundang sejuta kerinduan. Namun, ada yang sedikit berbeda disini. Di novel ini saya seolah disadarkan bahwa “cinta apa adanya” itu memang ada. Saya menemukannya dalam kisah cinta Eleanor & Park.

Buku ini juga menghadirkan bagaimana situasi yang harus dihadapi Eleanor sebagai anak baru, yang sering kali di ‘bully’ oleh beberapa gadis yang tidak menyukainya. Juga sikap Eleanor menghadapi keluarganya (terutama ayah tiri yang ia benci)

Bagaimana Park seolah tersihir dengan kehadiran Eleanor. Bagaimana suasana hati Park kala merindukan kehadian Eleanor membuat emosi saya naik turun. Saya belum pernah menemukan kisah cinta yang “sweet” seperti kisah cinta mereka. Entah kenapa setiap kegiatan yang dilakukan Park dan Eleanor selalu membuat saya deg-degan. Saya selalu merindukan kegiatan yang dilakukan kedua anak itu.

Ada sepenggal cerita yang sangat saya ingat dari buku ini, saat Park menelpon dan mengatakan bahwa ia tidak menyukai Eleanor, tapi membutuhkannya. Ketika mendadak Eleanor ingin menutup teleponnya (itu karena ia tidak ingin ketahuan ayahnya kalau ia sedang menelpon anak laki-laki) dengan terburu Park bilang : “Eleanor—tunggu—aku mencintaimu.” Gimana ini maksudnya?

Endingnya, nge-twist banget. Saya sampai sebal dibuatnya. Saya nggak mau ceritanya berakhir. Entah kenapa saya ingin buku ini buat sekualnya >.<

Terlepas dari itu semua saya menyukai cerita yang dihadirkan oleh penulis. Tak heran kalau novel ini juga pernah meraih penghargaan di Goodreads sebagai Best Fiction Award 2013. Sebenarnya saya ingin memberikan 5 bintang untuk novel ini. Namun, akhirnya 4 bintang saja. Ada kekurangan yang membuat saya agak kecewa dengan buku ini. Pertama terjemahannya, kedua covernya.

Terjemahannya membuat saya sedikit pening waktu membaca. Di beberapa percakapan saya dibuat bingung dengan terjemahannya. Saya sampai berkata ‘Ini apa maksudnya?’ Lalu, covernya, saya pribadi merasa covernya aneh. Iya..aneh. Saya malah lebih suka dengan cover asli baratnya yang lebih simple. Nggak pas aja gitu, ceritanya “sweet” tapi covernya kok gitu ya? Padahal kalau terjemahan dan covernya sedikit bagus lagi, saya bisa saja memberikan 5 bintang untuk novel ini.

0 komentar:

Posting Komentar