[Review] Bisikan Kotak Musik

on Kamis, 04 Juni 2015



Judul : Bisikan Kotak Musik
Nama Penulis : A.H. Igama
Editor : Ry Azzura & Sulung S. Hanum
Proofreader : Funy D.R.W
Desain Cover & Layout : Gita Mariana
Ilustrasi Sampul : Rudiyanto
Penerbit : Bukune
Tanggal Terbit : Agustus 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-220-133-5
Rating :3 dari 5 bintang

KREEEKKK !
Kotak musik tua itu terbuka. Berbarengan dengan boneka kecil yang keluar, terdengar sebuah lagu mengalun. Iramanya lirih, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik. Boneka gadis kecil dengan muka sedikit rusak karena terbakar itu menggerakkan kepalanya, lalu tiba-tiba matanya memelotot kea rah Manda.
Manda terbangun dalam keadaan jantung berdegup kencang dan keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Dilihatnya sekeliling kamar; pecahan kaca dari pigura foto berserakan dengan dinding kamar penuh…, darah!
Peristiwa itu awal dari terror di hidup Manda… dan hidupnya akan berubah selamanya.
***
“Kamu seharusnya tidak membuka kotak musik itu. Kamu melepaskan dia.” –hlm. 36
Setelah kepergian neneknya, Manda merasa dunia-nya sudah tidak sama lagi. Ia merasa kesepian. Liburan semesternya pun ia gunakan untuk berdiam diri di rumah. Semenjak kepergian neneknya sikap Manda berubah menjadi pendiam.

Sampai suatu ketika, sebuah kotak musik tua mengubah hidupnya. Kotak musik milik neneknya itu ditemukan ayahnya di kamar neneknya. Dengan sangat senang Manda mengumumkan diri bahwa kotak musik itu sekarang adalah miliknya dan berjanji akan menjaganya. Tanpa tahu bahwa sebuah malapetaka akan membawanya ke mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Kotak musik tua yang terlihat kusam namun tetap cantik yang berisi sebuah miniature gadis kecil berputar-putar diiringi musik ‘Fur Elise’ itu tanpa sadar menyeretnya pada sebuah dendam masa lalu yang belum terbalaskan.

Keanehan demi keanehan datang padanya. Diawali dengan munculnya anak perempuan yang mengenakan gaun berenda selutut berwarna krem, lalu tangannya yang terluka setelah bangun pagi, belum lagi kamarnya yang berantakan dengan sebuah tulisan berdarah bertuliskan “Kau pembohong!”

“Kamu harus berhati-hati, tidak lama lagi, dia akan mengambil apa yang kau punya.” –hlm.37
***
Setelah menyelesaikan novel Apartemen Berhantu minggu lalu, ada sedikit ketertarikan yang memenuhi diri saya untuk kembali menikmati sensasi membaca novel Horror. Dan pilihan saya jatuh pada Bisikan Kotak Musik ini.

Awal membaca kita akan diajak masuk dalam cerita berlatar masa pendudukan Belanda tahun 1940. Disini penulis menyajikan awal mula kotak musik itu berasal. Menyelami konflik kehidupan nenek Manda yang cukup menegangkan.

Dari awal penulis sudah menyajikan kejutan manis yang membuat saya dibuat berpikir akan seperti apa cerita ini selanjutnya. Plot yang diambil adalah mundur lalu maju. Setelah menceritakan kehidupan Hannah—nenek Manda, cerita berlanjut ke masa sekarang, tahun 2013.

Cukup salut juga karena penulis menyajikan flashback-nya di awal cerita. Jadi, pembaca tidak akan bertanya-tanya akan milik siapa kotak musik itu berasal, meskipun begitu puzzle dari misteri cerita ini belum terpecahkan, jadi mau tidak mau kita harus membalikkan halaman demi halaman untuk menemukan kejutan lain dan jawaban dari misteri itu sendiri.

Pemilihan gaya bahasa-nya juga cukup baik. Ringan dan enak dibaca. Alurnya pun seimbang. Tidak terkesan cepat atau lambat. Setting dari cerita inipun dieksplor dengan baik. Namun, pemilihan sudut pandang penulis yang memilih menggunakan sudut pandang orang ketiga agaknya kurang membuat si tokoh utama terasa hidup.

Saya agak kecewa juga karena penulis meledakkan bom-nya di pertengahan cerita. Padahal saya kira penulis akan menuturkan semua jawaban dari kejutan manis yang sudah ia tebarkan di awal cerita pada akhir cerita sehingga pembaca akan bertanya-tanya apa sebenarnya yang menyebabkan Airin balas dendam kepada Hannah, padahal dulu mereka adalah sahabat dekat.

Ada beberapa bagian cerita yang menurut saja agak janggal. Yang paling membuat saya terusik adalah saat pria tukang kebun mengatakan bahwa 5 tahun silam sebuah rumah yang terletak di depan rumah Manda terbakar berikut pemilik rumahnya, dan reaksi Mandalah yang membuat saya terkejut. Bukankah Manda menempati rumah itu dari kecil? Disini kebingungan saya muncul. Kalau Manda menempati rumah itu sejak kecil harusnya ia tahu, tapi reaksinya malah “Sudah cukup kejutan untuk hari ini”

No typo! Saya cukup senang karena tidak ada typo yang mengganggu selama proses membaca saya. Ini termasuk pencapaian yang luar biasa. Saya memberikan applause untuk para editor + proofreader yang sudah bekerja keras sehingga tidak ada typo dalam buku ini.

Setelah penulis meledakkan bom-nya di pertengahan cerita, saya merasa cerita selanjutnya bukan lagi bergenre horror. Entah kenapa saya merasa sebagian akhir dari novel ini masuk genre fantasy. Ini karena kemampuan Gilang yang bisa masuk dalam mimpi orang lain. Terlebih tentang perkelahian Hannah dan Airin yang kurang cocok untuk genre horror.

Namun, terlepas dari itu semua, saya suka penulis menyajikan tema tambahan tentang kegiatan keluarga Manda. Jadi konflik dari novel ini bervariasi dan tidak berpusat pada bisikan kotak musik itu sendiri.


1 komentar:

  1. akhirnya, setelah stalking bermenit-menit (kalau berjam-jam lebay banget rasanya haha) akhirnya aku menemukan review genre kesukaanku. Meski genre ini, aku lebih suka novel terjemahan daripada novel lokal.

    apa cuma menurut aku aja ya, covernya agak cukup "bewarna" untuk kesan misteri. Biasanya sih, kalau genre gini, agak lebih simple, pelit warna dan font tulisannya gak macam-macam kayak gitu.

    kalau dari cerita, kotak musik ini langsung ingatin aku sama lagu SHINee yang judulnya Orgel. Tapi yah siapa tahu aja kebetulan.

    Oya, apa hubungan Manda dengan cerita Airin dan Hannah ya? soalnya di atas cuma di sebutkan konflik mereka, padahal ceritanya kan tentang Manda kan? Apa mungkin Airin dan Hanna itu yang menjadi penyebab kotak musik menjadi misteri? Trus Manda yang nemuin?

    Kalau yang aku tangkap dari review sih gitu, hehe

    BalasHapus