[Review] To All The Boy’s I’ve Loved Before

on Sabtu, 03 Oktober 2015
Judul : To All The Boy’s I’ve Loved Before
Nama Penulis : Jenny Han
Penerjemah : Airien Kusumawardani
Penyunting : Selsa Chintya
Proofreader : Yuli Yono
Ilustrasi Isi : @teguhra
Penerbit : Spring
Tanggal Terbit : April 2015
Edisi : Cetakan Pertama
Jumlah hal.: 380 halaman
ISBN : 978-602-71505-1-5
Rating : 3,5 dari 5 bintang

LARA JEAN
MENYIMPAN SURAT-SURAT CINTANYA DI SEBUAH KOTAK TOPI PEMBERIAN IBUNYA.

Surat-surat itu bukan surat cinta yang ditujukan untuknya, tapi surat yang ia tulis. Ada satu surat untuk setiap cowok yang pernah ia cintai—totalnya ada lima pucuk surat. Setiap kali menulis, ia mencurahkan semua perasaannya. Ia menulis seolah-olah mereka tidak akan pernah membacanya karena surat itu memang hanya untuk dirinya sendiri.

Sampai suatu hari, semua surat-surat rahasianya itu tanpa sengaja terkirimkan—entah oleh siapa.

Saat itu juga, kehidupan cinta Lara Jean yang awalnya biasa-biasa saja menjadi tak terkendali. Kekacauan itu melibatkan semua cowok yang pernah ia tulis di surat cintanya—termasuk cinta pertamanya, pacar kakaknya, dan cowok terkeren di sekolah.

***
“Apa kau tahu bagaimana rasanya sangat menyukai seseorang sampai perasaan itu tak tertahankan dan tahu kalau mereka tidak akan pernah merasakan hal yang sama?” –hlm. 81

Setelah ibunya meninggal, Margot, Lara Jean dan Kitty harus bersikap dewasa dan mengurus segala hal mengenai rumahnya sendiri. Termasuk bersikap tidak nakal karena tidak ingin merepotkan ayahnya. Terlebih Margot, yang paling tua, selalu memberikan contoh yang baik pada adik-adiknya. Untungnya ada Josh—tetangga sekaligus pacar Margot—yang selalu datang kerumah mereka dan menjadikan suasana lebih berwarna. Josh—adalah cowok yang sangat disayangi oleh semua keluarga Lara Jean. Termasuk ayah dan Kitty. Tak jarang, Josh selalu mampir ke rumah mereka untuk menikmati makan malam bersama keluarganya.

Ketika Margot memutuskan untuk melanjutkan study-nya ke Skotlandia, Lara Jean merasakan beban berat yang selama ini ditanggung Margot, sebentar lagi akan ia tanggung. Memasak, mencuci pakaian, menjaga Kitty dan memberikan contoh yang baik kepada adiknya tersebut.

Lalu seakan dunianya belum cukup berantakan setelah kepergian Margot, muncul lagi sebuah masalah yang mampu membuatnya kelabakan. Surat-surat cintanya, yang ia tulis untuk lima orang yang pernah ia cintai, yang ia simpan dalam sebuah kotak topi berwarna hijau kebiruan tiba-tiba saja menghilang.

Bersamaan dengan itu, satu persatu orang dari masa lalu yang pernah dicintainya muncul sambil membawa sebuah surat yang ternyata adalah surat cinta yang pernah ia buat sambil menanyakan apakah pengirim surat itu Lara Jean atau bukan. Jadi selama ini surat-surat tersebut telah dikirimkan oleh seseorang yang bahkan Lara Jean tidak tahu.

5 pucuk surat itu ternyata sudah terkirim kepada Peter Kavinsky—cowok paling tampan diantara cowok-cowok tampan dan terkeren di sekolahnya, Josh Sanderson—pacar kakaknya, John Ambrose McClaren, Kenny dan Lucas Krapf—yang seorang gay. Setelah kejadian itu, hidup Lara Jean seperti sebuah film horror.

“Dibutuhkan tanggung jawab yang besar untuk mencengkeram hati seseorang dalam genggamanmu.” –hal. 45
***

Memang ya kalau kita mencintai seseorang yang tidak bisa digapai alias bertepuk sebelah tangan, yang bisa kita lakukan kalau nggak diam saja, ya menulis surat atau curhatan kita di blog, ataupun di buku diary. Jadi, selayaknya gadis yang bagaikan pungguk merindukan bulan, Lara Jean menuangkan semua perasaan yang pernah ia rasakan ke dalam sebuah surat. Yang bodohnya juga, kenapa malah diberi nama lengkap dan alamat penerima. It’s wrong! Ini sebuah kesalahan besar kan? Lara Jean tidak bermaksud untuk mengirimkan surat-surat itu, tapi kok ya kenapa ditulisi alamat penerima-nya juga? Ini kan nggak logis >_<

Semua kegiatan yang ada dibuku ini terlihat biasa seperti novel Barat kebanyakan yang selalu menyajikan ‘kegiatan keluarga’ termasuk interaksi antara anak dan orang tua. Seperti percakapan mereka saat makan malam atau saat sedang bersama menghabiskan waktu natal atau libur sekolah. Lalu kegiatan Lara Jean yang suka memasak dan memanggang kue, kegiatan di sekolahnya, juga di ceritakan dan semua tampak umum.

Konflik yang disajikan juga tidak terlalu terasa. Sewaktu surat-surat cinta Lara Jean terkirim dan satu demi satu cowok itu mempertanyakan keberanarannya, itupun eksekusinya kurang nendang. But, saya suka premis dari novel ini. Dan entah kenapa ada sesuatu yang membuat novel ini berbeda dan membuat saya menyukainya.

Ada yang menanyakan Peter Kavinsky?
Haha, ketika semua blogger yang me-review buku ini menggilai cowok bernama Peter ini, saya malah sebaliknya. Saya tidak menemukan satu hal dari si Peter ini yang membuat saya harus menyukainya. Karakter tokoh cowok yang satu ini kurang bisa saya gambarkan. Tidak ada deskripsi tentang diri cowok ini. Oke, Peter hanya digambarkan dengan kata ‘tampan’ dan itu tidak cukup untuk membuat saya menyukainya. Josh bilang Peter Kavinsky itu brengsek (Oke, maafkan pemilihan kata saya. Saya hanya mengikuti Josh saja #haha) dan saya merasa juga begitu.

Hal lain yang sangat saya sukai adalah detail setting-nya yang diperhatikan dan dieksplor dengan sangat baik. Seperti misalnya deskripsi tentang sesuatu yang sedang dikerjakan Lara Jean, atau saat Lara Jean pergi ke suatu tempat. Karena menurut saya hal-hal seperti detail setting biasanya kurang terlalu diperhatikan, jadi sewaktu membaca novel ini, ada kesenangan tersendiri.

Namun, mungkin karena terlalu memperhatikan detail setting-nya, karakteristik tokoh-tokohnya kurang begitu diperhatikan. Terutama Lara Jean. Tokoh utama ini, entah kenapa menurut saya kurang hidup. Saya merasa tokohnya malah tenggelam jika dibandingkan tokoh pendukung lainnya. Tokoh Margot, Josh, Peter, Kitty bahkan ayahnya terasa begitu bersinar. Tidak dengan Lara Jean. Oke, novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, semua emosi yang Lara Jean rasakan, saya juga bisa merasakannya, secara tidak langsung. Tapi, karakternya benar-benar kurang hidup.

Saya sangat suka covernya. Untung saja Penerbit Spring memilih cover asli baratnya, karena cover seperti ini memang keren. Novel TATBILB ini masuk dalam New York Times Bestseller dan masuk nominasi Goodreads Choice Award Young Adult Fiction. Dan memiliki rating yang cukup tinggi di Goodreads dan Amazon juga lho. Novel ini ternyata punya sekuel-nya! Judulnya P.S I Still Love You yang sudah terbit tanggal 26 Mei kemarin. Wahh….jadi nggak sabar, semoga sekuel-nya ini juga segera diterjemahin sama Penerbit Spring ya.

Saya menyimpulkan bahwa buku ini akan membawa para pembacanya untuk mengenang masa-masa remaja tentang kisah cinta mereka masing-masing. Jadi, untuk kalian yang ingin kembali bernostalgia dengan masa remaja, saya merekomandasikan novel TATBILB ini.

1 komentar:

  1. Bisa minta tolong kenalin sama Peter Kavinsky, kw jg gapapa deh. Aku suka sama diaa(oke kita kali ini musuhan kak). :D
    Pernah ngerasain seperti Lara Jean juga sih, jatuh cinta dengan pacar kakak sendiri, yaa meskipun cuma dalam tingkat level 'kagum' ajah.*oke ini curhat, abaikan*

    Suka banget sama cerita ini. Emosinya dapet banget.
    Dan terjemahannya jg cakep.^^

    BalasHapus